Program Studi Teknologi Pangan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan kegiatan Studium Generale dengan tema inovasi pangan lokal dalam upaya pencegahan stunting di provinsi Lampung. Kegiatan ini bertujuan mengangkat isu-isu penting tentang stunting. Selain itu, pada kegiatan studium generale ini juga dibahas bagaimana mengembangkan potensi pangan lokal menjadi produk yang dapat mencegah stunting. Acara studium generale ini dibuka oleh Acara studium generale ini dibuka oleh MC yaitu Aissynka Finadya dan dibuka dengan sambutan koordinator program studi teknologi sumatera oleh bapak Ilham Marvie S.T.P.,M.Si dalam sambutannya mengatakan dengan acara ini dapat menambah aspek baru untuk kita tentang potensi lokal yang dimiliki oleh provinsi Lampung untuk kita kembangkan. Selanjutnya sambutan dari kerua PPSDM ITERA ibu Dr Ciptati.,M.S.,M.Sc sebagai simbolis dibukanya acara secara resmi, dalam sambutannya berharap kita mempunyai data stunting untuk mencari solusi agar stunting yang terjadi akan cepat selesai, karena stunting merupakan hal yang penting untuk kita atasi. Pada acara selanjutnya adalah penandatangan perjanjian kerja sama antara fakultas teknologi industri itera dan BKKBN provinsi Lampung.
Sesi pertama studium generale dipandu moderator oleh Dzaki Araffif yang melibatkan bapak Drs. Sugeng Trihandoko, M.Si selaku kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung, beliau menjelaskan implementasi program pencegahan stunting dan bagaimana pangan lokal dalam program tersebut, dalam penyampaiannya dikatakan bahwa bapak presiden mempunyai visi indonesia emas 2045 untuk menjadi negara maju. Beliau mengatakan indonesia mengalami Bonus Demografi karena jumlah manusia yang produktif lebih banyak dengan perbandingan yaitu 3:1 dengan yang tidak produktif. Namun puncak bonus demografi di indonesia ini pada 2045 dapat terancam terbuang sia – sia karena stunting. Oleh karena itu, presiden mengatakan pembangunan SDM menjadi kunci Indonesia ke depan dengan percepatan penurunan stunting.
Menurut pak sugeng stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang ditandai dengan panjang atau tinggi bandannya berada dibawah standar. Stunting di atur dalam pencegahannys dalam peraturan presiden 72 tahun 2021 yang berisi acuan dalam rangka menyelenggarakan percepatan penurunan stunting sampai dengan tahun 2024. Adapun yang dilakukan BKKBN yaitu Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting.
Sesi kedua melibatkan narasumber Bu Amalia Wahyuningtyas S.Si., M.Si yang merupakan Dosen Teknologi Pangan, Institut Teknolgi Sumatera. Beliau menyampaikan Inovasi Pengolahan Pangan Lokal Yang Mendukung Program Pencegahan Stunting,
menurut bu amalia faktor keturunan yang berkontribusi dalam stunting hanya 15%. Pencegahan terdekat adalah mulai dari kita, dimulai dari remaja perempuan dapat dilihat dari pergelangan tangannya. Titik kritis awal terjadinya stunting adalah 1000 hari pertama kehidupan disebut periode emas. Titik kritis ini dibagi menjadi tiga yaitu saat dalam kandungan, periode 0-6 bulan dan periode 6-24 bulan. Beliau juga mengatakan zat yang diperlukan oleh manusia terbagi menjadi dua yaitu zat mikro dan zat makro, oleh karena itu ciptakanlah pangan yang kaya akan zat gizi makro maupun mikro.
Sesi ketiga melibatkan narasumber Duta Genre Fadilla Aulia Putri yang merupakan mahasiswi program studi teknologi pangan. Fadilla menyampaikan strategi KIE untuk mengatasi tantangan dan menungkatkan pemahaman tentang pencegahan stunting, pencegahan stunting sebagai mahasiswa perlu melibatkan diri dalam langkah pencegahan stunting.
Menurut fadilla ada beberapa tantangan dalam menghadapi stunting seperti kurang edukasi, menganggap remeh, enggan bergerak dan lainnya, dari tantangan tersebut dapat dibuat strategi seperti kenali diri sendiri, kenali isi tujuan, dan berani, beraksi, berkolaborasi, kuasai “tema”, kenali sasaran serta ajak dalam “suasana”. Selain hal itu adapula aksi yang dapat dilakukan yaitu remaja bergerak dan menggerakkan, kolaborasi di posyandu tangkai putih (3 desa), remaja bersuara, dan yang penting adalah dari, oleh dan untuk “kita”.
Pada sesi terakhir ditutup dengan tanya jawab.